Jumat, 20 Maret 2009

Program Kemitraan SMAN Tegalombo dengan SMAN 1 Pacitan

Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2009, saya mendapat SK dari Dinas Pendidikan Kab. Pacitan, dengan tugas menjadi guru dalam Program Kemitraan dengan SMAN 1 Pacitan yang akan dilaksanakan selama 2 tahun, dan evaluasinya dilakukan per enam bulan sekali. Dengan catatan, jika hasil evaluasi baik, maka program akan dilanjutkan. Jika hasil evaluasi tidak baik, maka program akan ditinjau ulang. Program ini mirip dengan 'program pertukaran pelajar' antar sekolah. Bedanya, kali ini yang ditukar adalah gurunya, dengan tujuan yang sangat mulia, yaitu pemerataan kualitas guru di daerah pinggiran dengan kualitas guru di kota. Sesuai ketentuan yang disampaikan oleh Kepala UPT SMAN Tegalombo, saya akan mengajar kelas x di SMAN 1 Pacitan dengan jumlah jam 8 jam per minggu masih ditambah juga mengajar kelas XI IPA dan XII IPA sebanyak 11 jam per minggu di sekolah 'asal saya' yaitu di SMAN Tegalombo. Dan sebagai imbangannya, salah satu guru biologi kelas x dari SMAN 1 Pacitan akan mengajar kelas X sebanyak 8 jam per minggu juga di SMAN Tegalombo dengan tetap memiliki tugas mengajar di sekolah 'asalnya' sesuai ketentuan sebelumnya. Dengan semangat untuk 'mencerdaskan kehidupan bangsa', sepenuh hati saya menyiapkan diri. Apalagi mengingat bahwa di SMAN 1 Pacitan itulah Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menuntut ilmu dan saat ini sekolah tersebut sedang 'merintis' untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) maka saya yang tentunya masih kurang di sana-sini, berusaha keras mempersiapkan diri semampu saya. Hari Rabu, 28 Januari 2009, saya datang ke SMAN 1 Pacitan, dan diterima dengan tangan terbuka. Suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan di antara warga sekolah membuat saya yang semula 'ingah ingih pangkat 4' menjadi lebih rileks. Saya mendapat tugas mengajar biologi di kelas x.1 dan x.2, kelas yang konon 'dihuni' oleh siswa-siswa yang pandai. Pertama datang ke kelas, saya di antar oleh guru senior. Jujur saja, saya sungkan untuk langsung masuk kelas tanpa didampingi guru 'asli' di situ. Singkat cerita, di hari pertama mengajar, saya hanya melakukan acara perkenalan dengan siswa dan beramah tamah dengan mereka, prosedur standar yang selalu saya lakukan di lingkungan 'baru'. Saya menyimpulkan bahwa siswa kelas x SMAN 1 Pacitan, sejatinya sama dengan siswa di SMAN Tegalombo. Kemampuan merespon, kematangan emosional dan etiket serta kecerdasan yang tercermin dari penggunaan kata kata yang cerdas bahkan 'lucu dan nakal', memang memiliki nilai lebih jika dibandingkan. Namun secara umum adalah sama. Jadi, sejak hari pertama itu juga saya sudah bisa membuat 'peta konsep' metode mengajar apa yang akan saya terapkan di SMAN 1 Pacitan selama 6 bulan ke depan. Yang jelas, tidak jauh berbeda dengan yang saya terapkan selama ini di SMAN Tegalombo. Saya berterimakasih kepada Bapak Kepala Sekolah SMAN Tegalombo yang sewaktu memberikan informasi tentang kemitraan ini pada saya, beliau sempat berpesan agar saya mengajar dengan 'menjadi diri sendiri' saja atau sesuai dengan apa yang selama ini saya lakukan, tidak perlu berubah. Dan sampai saat ini pun, saya masih melaksanakan tugas kemitraan tersebut sesuai dengan saran dari Bapak Kepala Sekolah, dengan 'gaya dan cara' mengajar yang 'orisinal' dari saya sendiri, yaitu 'mengajar dengan hati'.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda